Daftar isi
Keratitis adalah peradangan pada kornea. Gangguan pada kornea merupakan penyakit yang fatal karena penanganan yang terlambat atau tidak sempurna dapat menyebabkan penurunan penglihatan yang permanen, baik ringan hingga kebutaan. Komplikasi lain dari keratitis adalah timbulnya luka pada kornea (ulkus kornea). Keratitis dapat mengenai seluruh rentang usia, jenis kelamin, dan ras.
Kornea merupakan suatu bagian mata yang transparan yang ada di depan mata. Fungsi kornea adalah sebagai “jendela” mata dan merupakan jalannya sinar yang masuk dan akan diteruskan ke retina, sehingga kornea berperang penting dalam proses penglihatan. Fungsi lain dari kornea adalah sebagai lapisa pelindung. Kornea yang normal tidak memiliki pembuluh darah sehingga kornea menjadi transparan.
Keratitis dapat disebabkan oleh proses infeksi ataupun peradangan steril (tidak ada kuman infeksi yang menyerang). Infeksi pada kornea dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, virus ataupun protozoa (Acanthamoeba sp. atau. Riwayat trauma pada mata juga dapat menyebabkan keratitis, seperti kemasukan benda asing atau tergores aibat penggunaaan lensa kontak.
Penggunaan obat-obatan secara sembarangan juga dapat menyebabkan keratitis. Terutama obat-obat golongan penekan sistem imun, seperti kortikosteroid, dan juga obat-obat penghilang rasa nyeri. Penggunaan obat-obatan diatas harus dengan resep dan pengawasan dokter.
Pasien dengan penyakit sistemik (menyerang seluruh tubuh) yang menurunkan daya tahan tubuh memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena keratitis. Penyakit tersebut antara lain diabetes mellitus (penyakit kencing manis), HIV/AIDS, dan keganasan (kanker). Selain itu, kekurangan vitamin A meningkatkan risiko terjadinya gangguan kornea. Orang yang bekerja sebagai petani atau di lingkungan pertanian atau perkebunan memiliki risiko lebih besar terkena keratitis jamur. Hal ini disebabkan karena jamur banyak terdapat di tanah dan tumbuh-tumbuhan.
Keratitis merupakan penyakit mata yang termasuk dalam keadaan mata merah dengan penglihatan yang menurun. Sesuai dengan golongannya, maka gejala utama dari keratitis adalah mata yang merah dan disertai dengan penglihatan yang menurun.
Fungsi kornea sebagai jendela mata menyebabkan gangguan pada kornea berakibat pada penurunan penglihatan. Penglihatan yang menurun merupakan tanda dari suatu penyakit mata yang serius dan memerlukan penanganan yang tepat. Gejala umum lain yang terjadi pada keratitis adalah nyeri pada mata, fotofobia, dan mata berair. Nyeri pada keratitis diperberat pada saat menggerakan kelopak mata, terutama kelopak mata atas. Fotofobia merupakan kondisi mata yang sensitif pada cahaya, sehingga pasien akan merasa silau saat melihat cahaya.
Keratitis yang disebabkan bakteri memiliki gejala yang sama dengan keratitis pada umumnya (nyeri, sialu, fotofobia, dan penurunan penglihatan), namun pada infeksi bakteri umumnya ada cairan yang mengandung pus (nanah). Sementara pada keratitis akibat virus, umumnya disertai gejala penyerta seperti demam dan kelemahan pada tubuh.Pada keratitis jamur, tampak gejala berupa kekeruhan dengan batas tidak tegas, dan adanya lesi satelit (adanya kekeruhan berukuran kecil di sekeliling kekeruhan yang besar).
Berdasarkan lapisan yang terkena, keratitis dibagi menjadi keratitis dangkal (superfisial) dan keratitis yang lebih dalam (profunda). Beberapa bentuk dari keratitis yang dangkal, yaitu:
Memiliki gambaran penyakit berupa bintik-bintik putih kecil pada permukaan kornea. Umunya disebabkan oleh infeksi oleh virus, seperti virus herpes simpleks (penyebab penyakit herpes), virus varisela-zoster (penyebab penyakit herpes zoster).
Pada keratitis herpes simpleks, gejala yang dirasakan oleh penderita sangat bervariasi. Kadang-kadang tidak dikeluhkan oleh penderita, atau gejala ringan (kelopak mata bengkak dan berair) sampai gejala yang umum terjadi pada keratitis (nyeri, mata merah, silau, penglihatan menurun). Pada keratitis herpes simpleks gambaran khas pada kornea adalah bentuk dendritik (seperti ranting pohon).
Penyakit herpes zoster umunya menyerang kulit, namun bila mengenai saraf mata (nervus trigeminus oftalmik) dapat terjadi keratitis herpes zoster. penderita umumnya pernah terkena cacar air sebelumnya. Gejala yang timbul berupa mata sulit membuka, nyeri, silau, dan berair yang disertai dengan luka-luka pada kulit disekitar mata. Gejala yang dirasakan hanya pada satu sisi tubuh (kiri atau kanan).
Keratitis flikten memiliki gambaran berupa adanya benjolan putih yang berada di dekat tepi kornea. Benjolan yang timbul memiliki diameter 2-3 mm dan berjumlah satu atau lebih. Penyebab pada keratitis flikten diduga akibat reaksi dari sistem daya tahan tubuh (imunitas). Beberapa penyebab seperti kekurangan gizi, pasien dengan tuberkulosis atau TBC (akibat reaksi sistem imun, dan tidak pernah ditemukan kuman TBC dalam benjolan tersebut).
Merupakan suatu bentuk keratitis yang disebabkan oleh berkurangnya produksi air mata oleh kelenjar air mata atau air mata yang terlalu cepat menguap.
Keluhan-keluhan yang biasanya dirasakan oleh pasien adalah mata terasa perih, kering, dan seperti berpasir atau ngeres. Gejala diatas umumnya disebut mata kering (dry-eye syndrome). Bila mengenai kornea, akan timbul pandangan menurun, nyeri, dan silau.
Keratitis lepra adalah keratitis yang disebabkan oleh gangguan saraf, yang umumnya disebabkan penyakit lepra atau kusta. Penyakit lepra atau kusta menyerang kornea melalui kerusakan saraf, gangguan kelenjar air mata sehingga menimbulkan dry-eye syndrome, dan pasien tidak menutup mata dengan rapat sehingga mata terpapar oleh udara dan benda asing.
Keratitis nummularis memiliki gambaran berupa adanya bercak putih berbentuk bulat seperti koin pada permukaan kornea, berjumlah lebih dari satu, dan umumnya banyak ditemukan pada orang dengan pekerjaan sebagai petani. Penyakit keratitis numularis umumnya mengenai satu mata.
Beberapa jenis keratitis dalam atau profunda adalah:
Merupakan gejala lanjutan dari penyakit sifilis bawaan sejak lahir (kongenital). Penyakit keratitis interstisal luetik umumnya terjadi pada anak usia 5-15 tahun. Keratitis ini timbul akibat reaksi peradangan terhadap bakteri Treponema pallidum.
Gejala yang dirasakan pasien berupa sakit, silau, dan penglihatan menurun. Pada kornea, terjadi kekeruhan kornea seperti kaca susu dengan tepi kornea berwarna kemerahan. Pada pasien dengan keratitis ini, dapat ditemukan gangguan organ lain berupa gangguan pendengaran, dan bentuk gigi seri atas yang seperti obeng (Hutchinson’s teeth). Ketiga gejala tersebut dinamakan trias Hutchinson. Proses radang pada kornea umunya dapat sembuh dengan sendirinya.
Penyakit ini jarang terjadi. Penyebab pasti dari keratitis sklerotikans belum diketahui. Namun keratitis ini timbul karena adanya peradangan yang berulang dan menahun. Gejala yang dirasakan merupakan gejala umum keratitis seperti sakit dan fotofobia dengan disertai kekeruhan kornea (berwarna putih).
Mengingat pentingnya fungsi kornea dan komplikasi keratitis berupa kebutaan, maka pengobatan tidak boleh dilakukan secara sembarang. Berkonsultasi dengan dokter, menggunakan obat sesuai indikasi dari dokter, mematuhi pengobatan, dan tidak sembarangan menggunakan obat tetes mata merupakan cara pengobatan yang efektif untuk keratitis.
Pengobatan keratitis umumnya dapat dilakukan dengan rawat jalan. Pada beberapa kondisi, pengobatan dilakukan dengan rawat inap di rumah sakit. Kondisi tersebut adalah bila pasien tidak dapat dan mampu untuk memakai obat. Selain itu, bila mata yang terkena keratitis merupakan mata satu-satunya (mata yang lain sudah kehilangan penglihatan) maka perawatan di rumah sakit diperlukan.
Pengobatan pada keratitis ditujukan untuk mengontrol infeksi dan inflamasi/peradangan, dan mencegah komplikasi yang lebih lanjut. Semua bentuk faktor risiko dihindari dan dihentikan seperti pemakaian kontak lens.
Penggunaan antibiotik diperlukan untuk keratitis bakterial. Umumnya menggunakan obat antibiotik tetes mata yang memiliki spektrum luas (dapat mencakup banyak bakteri). Bila gejala tidak membaik segera berkonsultasi dengan dokter untuk kemungkinan adanya kekebalan bakteri terhadap obat yang diberikan.
Keratitis akibat virus dapat diobati dengan obat antivirus tetes mata, baik yang dikombinasikan dengan salep mata ataupun tidak. Penggunaan antivirus sistemik diperlukan pada pasien dengan daya tahn tubuh rendah dan pada kasus keratitis herpes zoster.
Pada keratitis jamur, penyembuhan umumnya berjalan lambat dibandingkan keratitis bakteri. Pengobatan yang digunakan meliputi anti jamur tetes mata, tetes mata antibiotik (sebagai pencegahan infeksi bakteri), dan dapat diberikan anti jamur sistemik bila infeksi parah.
Golongan steroid diperlukan untuk menekan peradangan yang dapat merusak mata dan mengancam penglihatan. Namun, pengunaan obat-obat golongan ini hanya boleh melalui resep dan pengawasan dokter. Penggunaan yang sembarangan dapat menyebabkan infeksi terutama virus dan jamur, dan mengganggu penyembuhan bahkan memperparah kerusakan kornea.
Obat tersebut biasa disebut juga dengan obat sikloplegik. Penggunaan obat ini ditujukan untuk mengurangi rasa nyeri dan mencegah komplikasi sinekia (menempelnya iris pada kornea atau lensa).
Biasanya diperlukan untuk penyakit autoimun (penyakit dimana sistem daya tahan tubuh berbalik menyerang diri sendiri).
Salah satu pengobatan yang penting dalam keratitis adalah memfasilitasi penyembuhan jaringan kornea. Penyembuhan ini sangat penting mengingat fungsi kornea dalam proses penglihatan. Beberapa hal yang dapat dilakukan:
Daftar pustaka
Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1997.
Ilyas S, Mailangkay HHB, Taim H, Saman RR, Simarmata M, Widodo PS, editor. Ilmu penyakit mata. 2nd ed. Jakarta: Sagung Seto; 2002. P. 113-31.
Berson FG. Basic opthalmology. 6th ed. San Fransisco: American Academy of Ophtalmology; 1993.
Whitcher JP,, Riordan-Eva P. Vaughan and Asbury ‘s general ophtalmology. 17th ed. New York: McGraw-Hill; 2007.
Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophtalmology: a systemic approach. 7th ed. Amsterdam: Elsevier Saunders; 2011.