Fibromialgia merupakan kumpulan gejala yang berlangsung lama pada jaringan otot yang memiliki karakteristik nyeri yang menyebar pada sendi dan otot, terasa lemas dan memiliki titik pencetus (trigger point). Fibromialgia tidak termasuk pada kelainan pada sendi atau peradangan pada sendi (artritis) karena tidak menyebabkan reaksi peradangan ataupun menyebabkan kerusakan sendi, otot, atau jaringan lainnya. Fibromialgia lebihs ering diderita oleh perempuan dengan angka presentease 80-90% dari seleuruh jumlah penderita. Paling sering diderita oleh orang berusia 20-55 tahun, terutama perempuan usia muda. Risiko terjadinya fibromialgia meningkat pada orang dengan indeks massa tubuh yang tinggi (obesitas), merokok, tingkat pendidikan yang rendah, pengangguran, orang dengan tingkat stres yang tinggi.
The American College of Rheumatology membentuk 2 dasar kriteria diagnosis:
Tanda dan gejala yang risakan oleh penderita adalah:
Nyeri terjadi di berbagai lokasi tubuh. Pasien umumnya mengeluh “nyeri semua”. Gejala nyeri ini membedakannya dengan penyakit lain seperti artritis reumatoid. Biasanya, lokasi nyeri di bahu, lengan, tangan, panggul, paha, betis, kaki, dan dada. Nyeri dada pada pasien fibromialgia mungkin menyerupai penyakit jantung-paru.
Kekakuan sering terjadi bersamaan dengan nyeri dan dilaporkan terjadi lebih dari 85% pasien. Kekakuan biasanya lebih buruk pada pagi hari dan sore hari serta pada musim dingin. Aktivitas fisik yang sedang, penghangatan setempat, istirahat dan relaksasi terbukti bermanfaat mengurangi rasa nyeri dan kekakuan.
Kelelahan merupakan gejala yang cukup sering terjadi pada sindrom fibromialgia. Pasien biasanya mengeluh “saya selalu merasa letih”.
Tiga gejala di atas merupakan tiga gejala utama yang ditemukan pada pasien fibromialgia. Tiga gejala utama ini dapat muncul dalam bentuk yang berbeda-beda. Biasanya keluhan nyeri otot bersifat menyeluruh. Keluhan nyeri dan bengkak pada sendi juga sering dikemukakan oleh pasien walaupun secara objektif pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai adanya pembengkakan sendi yang nyata. Pasien lain mengeluh riwayat nyeri dan kelemahan otot tetapi secara objektif kelamahan otot tidak bisa ditunjukkan dan pada pemeriksaan kadar enzim dalam otot maupun biopsi otot normal. Keluhan yang samar-samar sering dikemukakan pasien seperti merasa baal kesemutan atau kedinginan seperti tidak ada lairan darah. Umumnya pasien mengeluh nyeri otot seluruh badan. Rasa kaku di otot-otot pada fibromialgia biasanya dikeluhkan saat bangun tidur dan hilang setelah beraktivitas tetapi kadang-kadang menetap sepanjang hari. Keluhan lelah atau lemas tidak jarang merupakan keluhan yang menonjol pada pasien fibromialgia. Keluhan lelah dan lemas ini berhubungan dengan adanya stresor psikis.
Pasien mengalami gangguan pada saat menjelang tidur dan sering terbangun dari tidrunya, dan terkadang disertai dengan nyeri. Keluhan inisering menyertai pasien fibromialgia, walaupun jarang dikemukakan secara spontan. Gangguan tidur biasanya dijumpai setelah dilakukan anamnesis yang teliti. Gnagguan tidur ini menyebabkan pasien tidak merasa segar saat bangun tidur di pagi hari. Beratnya gangguan tidur berhubungan dengan gejala-gejala utama fibromialgia yaitu lelah pada siang hari dan kaku otot di pagi hari.
Daya ingat yang buruk, kesulitan memproses informasi, gangguan memusatkan perhatian, dan menurunnya fungsi bicara.
Restless leg syndrome adalah keinginan tidak tertahankan untuk menggerakkan kaki yang disebabkan oleh sensasi yang tidak mengenakan seperti rasa ditusuk-tusuk, ada sesuatu yang bergerak atau merambat, maupun rasa nyeri.
Peningkatan sensitivitas terhadap suara bising; diperkirakan merupakan suatu gambaran hipersensitivitas umum
Penglihatan kabur tanpa ditemukan kelainan yang signifikan pada pemeriksaan mata.
Gangguan fungsi saraf otonom yang sering terjadi pada pasien fibromialgia adalah mata kering, mulut kering, peningkatan senssitivitas terhadap dingin, hipotensi hingga pingsan dan gangguan irama jantung.
Pusing bisa mencakup vertigo, hipotensi, gangguan psikiatri, nafas cepat, ketidakseimbangan otot, dan efek samping pengobatan
Kelamahan otot gerak dan peningkatan kelelahan otot sering dikeluhkan oleh pasien fibromialgia
Keluhan-keluhan pasien diperberat oleh cuaca dingin, kerja berlebihan, kebisingan (suara keras) dan stres emosional. Sebaliknya, keluhan-keluhan berkurang pada saat musim panas, mandi air hangat, liburan, atau aktivitas ringan. Fibromialgia merupakan gangguan fungsional pada sistem otot. Oleh karena itu sering ditemukan bersamaan dengan gangguan fungsional lain, seperti sindrom kolon iritabel, nyeri kepala tipe tegang, migren, dan gangguan haid.
Penyebabnya masih belum sepenuhnya diketahui. Perubahan biokimia yang terjadi pada susunan saraf pusat, rendahnya kadar serotonin (suatu zat penghantar sinyal pada saraf), dan peningkatan suatu substansi yang menyebabkan hipersesnsitivitas tubuh terhadap nyeri dan menyebabkan kondisi abnormal pada susunan saraf pusat dalam menerima impuls nyeri atau rangsangan sentral. Beberapa penelitian menyebutkan fibromialgia erat hubungannya dengan gangguan tidur dan faktor stres psikososial. Pada umumnya, fibromialgia diperburuk oleh adanya stres. Kepustakaan lain menyebutkan bahwa fibromialgia merupakan depresi terselubung atau bagian dari gejala kecemasan.
Pada kenyataannya, fibromialgia sering disertai dengan depresi maupun kecemasan. Hasil penelitian Thieme, K (2004), menunjukkan bahwa dari 115 pasien dengan fibromialgia diperoleh 74,8% disertai kecemasan dan depresi.
Tidak ada obat tunggal yang efektif untuk mengobati fibromialgia. Pendekatan pengobatan dilakukan melalui kombinasi psikoterapi suportif, modifikasi perilaku, edukasi, memperbaiki kondisi fisik (terapi simptomatik) dan pemberian obat-obatan yang sesuai.
Obat-obatan yang mempengaruhi susunaan saraf pusat seperti antidepresi, obat pelemas otot, atau anti kejang adalah pengobatan yang paling baik. Penggunaan obat ini mempengaruhi serotonin, substansi P, norepinefrin dan zat kimia saraf lain yang mempengaruhi sensasi nyeri dan toleransinya.
Hasil pengobatan fibromialgia bervariasi, bergantung pada seberapa cepat terapi dilakukan sejak munculnya gejala. Pasien dengan ketergantungan pada opioid dan alkohol, depresi, dan kecemasan yang berat mempunyai respon yang buruk terhadap pengobatan.