Pada tahun 2002, American Association of Mental Retardation (AAMR) mengeluarkan definisi dari retardasi mental. AAMR adalah organisasi terbesar dan tertua yang fokus terhadap retadasi mental. Menurut AAMR, retardasi mental adalah disabilitas/ketidakmampuan yang ditandai dengan fungsi intelektual di bawah rata-rata dan rendahnya kemampuan untuk menyesuaikan diri (perilaku adaptif). Ketidakmampuan ini muncul sebelum berusia 18 tahun. Sekitar 2-3% dari populasi dunia mengalami retardasi mental. Retardasi mental dapat muncul sebagai salah satu gejala dari gangguan atau penyakit lain.
Pada retardasi mental, berat ringannya gejala yang timbul berdasarkan fungsi intelektual dan kemampuan untuk menyesuaikan diri. Fungsi intelektual seseorang dapat diukur dengan menggunakan tes IQ (intelligent quotient). Contoh dari fungsi intelektual adalah kemampuan untuk berpikir, membuat perencanaan, memahami sebab akibat, dan memecahkan masalah.
Kemampuan menyesuaikan diri adalah kemampuan yang dipelajari seseorang agar dapat menjalankan fungsi sehari-hari. Kemampuan ini terdiri dari:
Umumnya, retardasi mental mulai didiagnosis sejak penderita masih anak-anak. Orang tua dari penderita menyadari adanya keterlambatan dalam tumbuh kembang dari penderita apabila dibandingkan dengan saudaranya atau dengan teman sebayanya. Contohnya penderita belum dapat berjalan sedangkan teman-teman sebayanya mulai berjalan.
Kondisi retardasi mental berdasarkan klasifikasi menurut DSM-IV:
1. Retardasi mental ringan
Sekitar 75-90% kasus retardasi mental masuk dalam klasifikasi ini. Nilai fungsi intelektual antara 50-70. Lambat dalam mempelajari kemampuan menyesuaikan diri. Dapat berkomukasi dan melakukan fungsi sosial dalam masyarakat dengan baik. Dapat mengurus diri sendiri dengan baik. Secara umum dapat berfungsi seperti orang lain yang normal dengan beberapa keterbatasan yang dapat dilatih.
2. Retardasi mental sedang
Sekitar 10-25% dari kasus retardasi mental masuk dalam klasifikasi ini. Nilai dari fungsi intelektual antara 35-49. Kemampuan menyesuaikan diri rendah terutama kemampaun berbahasa. Dapat melakukan aktivitas yang mudah dan mengurus diri sendiri. Dapat mempelajari hal-hal dasar tentang kesehatan dan keselamatan diri.
3. Retardasi mental berat
Sekitar 10-25% dari kasus retardasi mental masuk dalam klasifikasi ini. Nilai dari fungsi intelektual antara 20-34. Kemampuan menyesuaikan diri sangat rendah. Kemampuan komunikasi hampir tidak ada, kadang dapat memberikan beberapa respon. Selalu memerlukan pengawasan terhadap dirinya. Dapat dilatih mengurus diri yang mudah dilakukan.
4. Retardasi mental sangat berat
Sekitar 10-25% dari kasus retardasi mental masuk dalam klasifikasi ini. Nilai dari fungsi intelektual kurang dari 20. Sering disertai dengan cacat bawaan dari lahir. Membutuhkan bantuan untuk mengurus diri dan membutuhkan pengawasan ketat.
Selain kondisi fungsi intelektual dan kemampuan menyesuaikan diri, dapat juga ditemukan gejala lain sebagai bagian dari penyakit. Contohnya kejang setelah trauma atau cedera berat pada kepala.
Terjadinya retardasi mental dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk genetik dan lingkungan. Sekitar 30-50% penyebab dari retardasi mental tidak diketahui penyebabnya. Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya retardasi mental :
1. Kelainan anatomis pada otak;
2. Kekurangan oksigen selama di dalam kandungan atau saat proses persalinan yang lama dan susah.Otak memerlukan oksigen untuk dapat berfungsi dengan baik. Apabila terjadi kekurangan oksigen selama lebih dari 5 menit dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada otak. Kerusakan pada otak dapat menyebabkan terjadinya retardasi mental dan gangguan pada kemampuan motorik;
3. Kerusakan otak yang luas akibat trauma atau cedera kepala berat;
4. Kanker ganas pada otak;
5. Infeksi selama di dalam kandungan, yaitu toksoplasma, sitomegalovirus (CMV), rubella, herpes simpleks, dan sifilis. Penyakit-penyakit tersebut sudah terbukti sebagai penyebab dari terjadinya kelainan atau cacat bawaan dari lahir dan retardasi mental. Apabila infeksi terjadi pada trimester awal kehamilan, umumnya kelainan yang dialami lebih berat daripada trimester akhir;
6. Ibu demam lama selama mengandung;
7. Penggunaan obat anti kejang dan alkohol selama kehamilan. Beberapa obat anti kejang tidak aman untuk ibu hamil dan dapat menyebabkan kecacatan pada janin. Pemilihan obat anti kejang yang aman dan kontrol dokter yang teratur dapatmengurangi resiko ini. Alkohol yang dikonsumsi ibu dapat masuk ke dalam sirkulasi janin dan mempengaruhi janin. Konsumsi alkohol selama kehamilan dapat menyebabkan terjadinya sindroma fetal alkohol;
8. Kekurangan yodium selama di dalam kandungan dan di awal kehidupan sehingga terjadi kekurangan hormon tiroid. Yodium merupakan bahan yang diperlukan untuk membuat hormon tiroid. Hormon tiroid berfungsi untuk membantu pertumbuhan termasuk pertumbuhan dari otak. Apabila kekurangan hormon ini dapat menyebabkan terjadinya retardasi memtal;
9. Sindroma Down, terjadi kelainan genetik berupa trisomi pada kromosom 21;
10. Sindroma DiGeorge, terjadi kelainan genetik berupa delesi pada kromoson 22.
Karena penyebabnya yang disebabkan oleh berbagai faktor, maka untuk mendiagnosis dan mencari penyebab dari retardasi mental diperlukan :
1. Riwayat penderita dan kelurga penderita
2. Riwayat selama penderita dalam kandungan dan riwayat persalinan
3. Riwayat penggunaan obat-obatan, merokok, dan alkohol yang dikonsumsi ibu penderita selama hamil.
4. Riwayat dan pemeriksaan tumbuh kembang penderita
5. Pemeriksaan fisik
6. Pemeriksaan penunjang dapat berupa laboratorium, CT-scan atau MRI, atau analisis genetik.
7. Tes fungsi intelektual dan kemampuan menyesuaikan diri
Hingga saat ini belum ada pengobatan yang dapat diberikan untuk mengobati retardasi mental. Penting bagi orang tua untuk menyadari adanya keterlambatan tumbuh kembang dari anaknya agar dapat diberikan intervensi sedini mungkin. Seringkali ditemukan orang tua yang menganggap ketelambatan dalam tumbuh kembang bukan sebuah masalah. Contohnya ayah penderita juga terlambat dalam berjalan tetapi sehat-sehat saja sampai dewasa sehingga tidak perlu khawatir.
Penderita dengan retardasi mental memerlukan perhatian dan bantuan dalam hal kemampuan belajar dan mengurus diri. Latihan yang berulang-ulang terhadap sesuatu kemampuan yang ingin dipelajari, baik bahasa maupun kemampuan mengurus diri, dapat membantu proses belajar, bahkan terkadang dapat penderita lakukan sendiri tanpa bantuan.
Penderita yang telah memasuki masa remaja dan dewasa memerlukan dukungan dari keluarga agar dapat bersosialisasi dan menjalankan fungsinya sebagai bagian dari anggota keluarga dan masyarakat secara independen. Selain itu, masalah-masalah lain tentang seksualitas, rencana untuk berkeluarga, tempat tinggal, dan penanggung jawab penderita juga harus dibahas dalam keluarga.
Sumber 1. Moeschler, JB. Shevell, M. Clinical Genetic Evaluation of the Child with Mental Retardation or Developmental Delays. American Academy of Pediatrics. 2013. 2. Daily, DK. Ardinger, HH. Holmes, GE. Identification and Evaluation of Mental Retardation. 2000.