Risina mengandung Cetirizine Hydrochloride, obat golongan anti – histamin 1 selektif. Mekanisme kerja ini adalah dengan menghalangi reseptor histamin. Histamin adalah zat kimia yang menyebabkan gejala dan tanda alergi, seperti pembengkakan lapisan hidung, bersin, dan mata gatal. Cetirizine termasuk anti – histamin golongan kedua yang umumnya menyebabkan kantuk ringan atau tidak menyebabkan kantuk, bersamaan dengan obat anti - alergi lain seperti loratadine, fexofenadine, dan azeselastine. Risina dapat meredakan mata berair, hidung berair, gatal, dan bersin – bersin yang disebabkan oleh alergi. Indikasi antara lain pilek akibat alergi dan ruam kulit alergi. Kontraindikasi Risina adalah orang dengan riwayat alergi Cetrizine, ibu hamil trimester pertama, dan ibu menyusui. Hati – hati pada pemberian kepada orang yang menjalankan mesin karena obat ini menyebabkan kantuk ringan. Efektivitas pada anak < 2 tahun belum diketahui sehingga tidak disarankan.
Efek yang paling sering timbul antara lain rasa kantuk, pusing, gelisah, lelah, dan mulut kering. Pada anak, efek samping berupa nyeri perut dan muntah. Pada orang alergi Cetrizine, dapat menyebabkan ruam kulit dan pembengkakan lapisan lendir (bibir, lidah, dan pita sura). Pemakaian berlebihan (overdosis) menyebabkan gejala kantuk berat atau gelisah. Pada penderita overdosis harus dilakukan kuras lambung di fasilitas kesehatan.
Risina berupa tablet yang mengandung Cetrizine 10 mg. Dosis dewasa dan anak >12 tahun adalah 1 x 1 tablet. Dosis anak 2 – 6 tahun adalah 1 x ½ tablet atau 2 x ¼ tablet. Dosis anak 6 – 12 tahun adalah 1 x 1 tablet atau 2 x ½ tablet. Gejala alergi umumnya mereda 20 menit setelah menelan obat dan efeknya beratahan selama 24 jam. Penggunaan lebih dari 14 hari tidak disarankan kecuali direkomendasikan oleh dokter. Risina sebaiknya tidak diminum bersamaan dengan alkohol karena dapat meningkatkan efek Cetrizine. Dosis RIsina memerlukan pengurangan jika diberikan kepada penderita penyakit hati atau ginjal.