Anafranil 10 mg merupakan obat antidepresan yang mengandung Clomipramine 10 mg. Anafranil termasuk ke dalam kelas tricyclic antidepressant (TCA). Clomipramine merupakan penghambat selektif kuat dari reuptake serotonin, antagonis dari reseptor histamin H1, reseptor asetilkolin, dan reseptor adrenergik α1.
Anafranil digunakan untuk penanganan:
Anafranil tidak boleh digunakan pada pasien dengan riwayat alergi atau hipersensitivitas pada Clomipramine, atau golongan trisiklik antidepresan lainnya. Pasien dengan riwayat serangan jantung, pasien dengan gangguan irama jantung, pasien dengan gangguan manik, pasien dengan gagal hati berat, pasien dengan glukoma, pasien dengan gangguan ginjal berat atau gangguan mikturisi (buang air kecil). Penggunaan Anafranil pada ibu hamil berkaitan dengan adanya kelainan jantung congenital pada janin, dan berkaitan dengan gejala putus zat pada bayi baru lahir. Anafranil juga dapat masuk ke dalam air susu ibu, sehingga ibu menyusui dilarang menggunakan obat ini.
Efek samping yang paling sering ketika menggunakan Anafranil adalah mual, muntah, mulut kering, gangguan penglihatan, konstipasi, peningkatan nafsu makan, peningkatan berat badan, pusing berputar, nyeri kepala, rasa mengantuk, gelisah, dan gangguan ereksi/impotensi. Efek samping yang jaarang terjadi di antaranya adalah kelemahan otot, gangguan berbicara, kelumpuhan sesaat, gangguan ingatan, gangguan tidur, gangguan manik, gangguan cemas, pembesaran payudara, galaktorea (keluar air susu), gangguan keseimbangan, gangguan irama jantung dan peningkatan tekanan darah.
Penggunaan Anafranil dapat digunakan dalam rentang dosis 25 mg hingga 200 mg per hari dalam dosis terbagi, obat ini dikonsumsi dalam keadaan perut terisi atau setelah makan guna mengurangi efek samping pada saluran makan. Pada pasien yang baru menggunakan Anafranil dapat dimulai dengan dosis ringan 10 mg per hari dua hingga tiga tablet, kemudian ditingkatkan dosisnya secara bertahap. Memberhentikan penggunaan Anafranil harus dilakukan secara bertahap, yaitu dimulai dengan penurunan dosis hingga akhirnya berhenti, hal ini dilakukan untuk mencegah ketergantungan dan munculnya gejala putus zat.